Pagi yang berawan saat Stephen
bangun dari tidurnya. Pagi itu dia diajak untuk bersepeda seperti biasa oleh
Matias. Katanya dia ingin offroad di hutan UI yang baru saja mereka datangi
kemarin.
“Wah… jam tujuh, udah telat ni”, teriak Stephen yang panik saat melihat jam dinding yang ada di ujung ruangan.
Stephen langsung bersiap-siap untuk
sepedaan. Setelah siap dia langsung berangkat ke rumah Matias. Stephen melaju
dengan cepat melalui jalan terdekat.
“Matias..
Matias”,teriak Stephen memanggil temannya itu.
“Iya
Tep tunggu bentar”, jawab Matias sambil keluar dengan membawa sepatu. ”Tep
jemput Reyhan dulu”, lanjut Matias yang sedang mengeluarkan sepeda.
Mereka langsung berangkat ke rumah
Reyhan yang tak jauh dari rumah Matias. Sesampainya disana terlihat Reyhan yang
telah menunggu dengan memainkan hp barunya.
“Lama
banget Mat”, celetuk Reyhan dengan muka marah.
“Gw
nunggu Stephen dulu tadi”, jawab Matias.
“Ayo
berangkat, keburu siang”, kata Stephen memotong pembicaran mereka.
Mereka bertiga berangkat ke UI
melalui jalan raya yang biasa mereka lewati jika ingi pergi ke UI yaitu jalan
Akses UI. Mereka bersepeda dengan cepat dikarenakan kebiasan mereka melaju
dengan cepat, selain itu mereka juga ingin sesegera mungkin sampai agar bisa
bermain lebih lama. Saat hampir sampai mereka terpaksa mempercepat laju sepeda mereka
karena jalan yang ramai.
“Ayo
cepetan Mat, langsung ke jalur biasa aja”, kata Stephen sembari mendahului
Matias.
“Selo
ae Tep masih jam lapan”, jawab Matias dengan santai.
“Ntar
cari jalan baru bosen disitu terus”, kata Reyhan.
“Iya
Han nanti coba aja cari jalan baru”, jawab Stephen dengan cepat.
Sesampainya di jalan masuk ke jalur
XC mereka menurunkan jok agar lebih mudah saat melintasi jalan tanah. Saat
masuk jalur itu, ternyata jalur itu becek karena hujan yang turun tadi malam. Mereka
lebih berhati-hati saat melewati jalur itu karena kondisi jalan yang licin dan
banyak terdapat akar seperti polisi tidur yang ada di jalanan.
Saat keluar Reyhan menemukan jalan
masuk lain menuju jalur yang belum pernah mereka lewati sebelumnya.
“Mat
lu yakin mau lewat sini”, kata Stephen dengan panik.
“Tenang
aja Tep”, jawab Matias menenangkan Stephen.
“Pen
ada gue tenang aja”, balas Reyhan dengan sombong.
“Jangan sampe kesasar ya!” tanya Stephen untuk
memastikan.
Mereka memulai menelusuri jalur itu.
Semakin lama jalur itu mulai mengecil dan ditumbuhi banyak rumput liar. Dan saat
menemui persimpangan mereka bingung harus berjalan kemana. Hal itu membuat
Stephen semakin takut.
“Mat
lewat mana”, tanya Reyhan bingung.
“Coba
aja kekiri”, jawab Matias dengan ragu-ragu.
Stephen mencoba melewati tanjakan tinggi yang Matias
sarankan.
“Mat
kayanya kita salah arah, harusnya dari sana bukan dari sini”, kata Stephen
sambil menunjuk ke arah tanjakan.
“Ya
udah Tep lewat kanan aja”, jawab Matias.
Mereka akhirnya melewati jalur kanan
yang merupakan pilihan kedua Matias. Saat sampai di pinggir danau jalur semakin
mengecil karena tergerus air dan membuat Stephen semakin takut.
“Mat
dituntun aja sepedanya bahaya kalo dinaikin”, kata Stephen dengan panik.
“Ya
udah Tep tuntun aja sepedanya”, jawab Matias mengiyakan.
Saat mereka menuntun sepeda
tiba-tiba terdengar suara teriakan. Dan apa yang ditakutkan Stephen akhirnya
terjadi. Dia terjatuh dan nyebur ke danau yang penuh dengan sampah dan
rerumputan yang tergerus.
“Aaaa……”,
Stephen beteriak.
“Hahahaha”,
Reyhan dan Matias tertawa terbahak-bahak
“Mat
bantuin”, teriak Stephen dengan mencoba menaikkan sepedanya.
“Ayo
Han bantuin”, jawab Matias.
“Gimana
sih lo Tep”, kata Reyhan dengan tertawa kecil.
“Ni
Mat sepeda gue dulu”, pinta Stephen.
Setelah Stephen naik mereka
melanjutkan perjalanan. Selama perjalanan Reyhan mengeluh karena bau seperti
kerupuk kulit yang keluar dari badan Stephen. Ternyata tidak hanya bau, juga
baju Chelsea yang dipakai Stephen
berubah kecoklatan. Anehnya meskipun jatuh dengan kepala duluan kepala Stephen
tidak basah, hanya saja baju, celana dan tas Stephen basah.
“Mat
cepetan dingin nih!” kata Stephen dengan mengayuh lebih cepat sepedanya.
“Tep
pelan-pelan aja”, jawab Matias yang sudah tertinggal cukup jauh.
Keluar dari jalur itu waktu menunjukkan pukul sepuluh.
Matias menyarankan untuk pulang agar tidak kepanasan di jalan. Mereka akhirnya
pulang setelah Matias mengambil gambar Stephen yang basah. Mereka pulang
melewati jalan yang berbeda dari jalan yang dilewati saat berangkat.
Diperjalanan mereka mampir dulu di kedai es kelapa yang ada di pinggir jalan.
Setelah habis mereka melanjutkan perjalanan pulang.
“Mat
duluan”, teriak Stephen sambil meninggalkan Reyhan dan Matias.
“Hati-hati
Tep!” jawab Matias.
Mereka akhirnya berpisah dan
berencana untuk kembali bersepeda dilain waktu.
SELESAI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar