Senin, 12 Januari 2015

Penglaman Tak Terlupakan


           
            Pagi yang berawan saat Stephen bangun dari tidurnya. Pagi itu dia diajak untuk bersepeda seperti biasa oleh Matias. Katanya dia ingin offroad di hutan UI yang baru saja mereka datangi kemarin.

“Wah… jam tujuh, udah telat ni”, teriak Stephen yang panik saat melihat jam dinding yang ada di ujung ruangan.
            Stephen langsung bersiap-siap untuk sepedaan. Setelah siap dia langsung berangkat ke rumah Matias. Stephen melaju dengan cepat melalui jalan terdekat.
“Matias.. Matias”,teriak Stephen memanggil temannya itu.
“Iya Tep tunggu bentar”, jawab Matias sambil keluar dengan membawa sepatu. ”Tep jemput Reyhan dulu”, lanjut Matias yang sedang mengeluarkan sepeda.
            Mereka langsung berangkat ke rumah Reyhan yang tak jauh dari rumah Matias. Sesampainya disana terlihat Reyhan yang telah menunggu dengan memainkan hp barunya.
“Lama banget Mat”, celetuk Reyhan dengan muka marah.
“Gw nunggu Stephen dulu tadi”, jawab Matias.
“Ayo berangkat, keburu siang”, kata Stephen memotong pembicaran mereka.
            Mereka bertiga berangkat ke UI melalui jalan raya yang biasa mereka lewati jika ingi pergi ke UI yaitu jalan Akses UI. Mereka bersepeda dengan cepat dikarenakan kebiasan mereka melaju dengan cepat, selain itu mereka juga ingin sesegera mungkin sampai agar bisa bermain lebih lama. Saat hampir sampai mereka terpaksa mempercepat laju sepeda mereka karena jalan yang ramai.
“Ayo cepetan Mat, langsung ke jalur biasa aja”, kata Stephen sembari mendahului Matias.
“Selo ae Tep masih jam lapan”, jawab Matias dengan santai.
“Ntar cari jalan baru bosen disitu terus”, kata Reyhan.
“Iya Han nanti coba aja cari jalan baru”, jawab Stephen dengan cepat.
            Sesampainya di jalan masuk ke jalur XC mereka menurunkan jok agar lebih mudah saat melintasi jalan tanah. Saat masuk jalur itu, ternyata jalur itu becek karena hujan yang turun tadi malam. Mereka lebih berhati-hati saat melewati jalur itu karena kondisi jalan yang licin dan banyak terdapat akar seperti polisi tidur yang ada di jalanan.
            Saat keluar Reyhan menemukan jalan masuk lain menuju jalur yang belum pernah mereka lewati sebelumnya.
“Mat lu yakin mau lewat sini”, kata Stephen dengan panik.
“Tenang aja Tep”, jawab Matias menenangkan Stephen.
“Pen ada gue tenang aja”, balas Reyhan dengan sombong.
“Jangan  sampe kesasar ya!” tanya Stephen untuk memastikan.
            Mereka memulai menelusuri jalur itu. Semakin lama jalur itu mulai mengecil dan ditumbuhi banyak rumput liar. Dan saat menemui persimpangan mereka bingung harus berjalan kemana. Hal itu membuat Stephen semakin takut.
“Mat lewat mana”, tanya Reyhan bingung.
“Coba aja kekiri”, jawab Matias dengan ragu-ragu.
Stephen mencoba melewati tanjakan tinggi yang Matias sarankan.
“Mat kayanya kita salah arah, harusnya dari sana bukan dari sini”, kata Stephen sambil menunjuk ke arah tanjakan.
“Ya udah Tep lewat kanan aja”, jawab Matias.
            Mereka akhirnya melewati jalur kanan yang merupakan pilihan kedua Matias. Saat sampai di pinggir danau jalur semakin mengecil karena tergerus air dan membuat Stephen semakin takut.
“Mat dituntun aja sepedanya bahaya kalo dinaikin”, kata Stephen dengan panik.
“Ya udah Tep tuntun aja sepedanya”, jawab Matias mengiyakan.
            Saat mereka menuntun sepeda tiba-tiba terdengar suara teriakan. Dan apa yang ditakutkan Stephen akhirnya terjadi. Dia terjatuh dan nyebur ke danau yang penuh dengan sampah dan rerumputan yang tergerus.
“Aaaa……”, Stephen beteriak.
“Hahahaha”, Reyhan dan Matias tertawa terbahak-bahak
“Mat bantuin”, teriak Stephen dengan mencoba menaikkan sepedanya.
“Ayo Han bantuin”, jawab Matias.
“Gimana sih lo Tep”, kata Reyhan dengan tertawa kecil.
“Ni Mat sepeda gue dulu”, pinta Stephen.
            Setelah Stephen naik mereka melanjutkan perjalanan. Selama perjalanan Reyhan mengeluh karena bau seperti kerupuk kulit yang keluar dari badan Stephen. Ternyata tidak hanya bau, juga baju Chelsea yang dipakai  Stephen berubah kecoklatan. Anehnya meskipun jatuh dengan kepala duluan kepala Stephen tidak basah, hanya saja baju, celana dan tas Stephen basah.
“Mat cepetan dingin nih!” kata Stephen dengan mengayuh lebih cepat sepedanya.
“Tep pelan-pelan aja”, jawab Matias yang sudah tertinggal cukup jauh.
Keluar dari jalur itu waktu menunjukkan pukul sepuluh. Matias menyarankan untuk pulang agar tidak kepanasan di jalan. Mereka akhirnya pulang setelah Matias mengambil gambar Stephen yang basah. Mereka pulang melewati jalan yang berbeda dari jalan yang dilewati saat berangkat. Diperjalanan mereka mampir dulu di kedai es kelapa yang ada di pinggir jalan. Setelah habis mereka melanjutkan perjalanan pulang.
“Mat duluan”, teriak Stephen sambil meninggalkan Reyhan dan Matias.
“Hati-hati Tep!” jawab Matias.
            Mereka akhirnya berpisah dan berencana untuk kembali bersepeda dilain waktu.


SELESAI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar